Senin, 02 November 2015

ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA IV



MEMBERIKAN ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA IV


Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Reggiana Holis Azis            (041.01.01.14)
2. Sri Devi Asih                       (053.01.01.14)
3. Sulistiawati                          (057.01.01.14)
4. Lina Ulfiah                          (072.01.01.4)


AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG
TAHUN AJARAN 2014-2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.



                                                                                                                                               
Tangerang, Agustus 2015


                                                                                                                         Penyusun
                                        









DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN
              1.1 LATAR BELAKANG........................................................................ 1
              1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................... 1
              1.3 TUJUAN............................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 FISIOLOGI KALA IV PERSALINAN............................................ 2
2.2 EVALUASI UTERUS, KONSISTENSI, DAN ATONIA............... 3
2.3 PEMERIKSAAN SERVIKS, VAGINA, DAN PERINEUM.......... 4
2.4 PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT................................. 5
2.5 PERKIRAAN DARAH YANG HILANG........................................ 6
2.6 PEMANTAUAN SELAMA KALA IV............................................. 7
BAB III PENUTUP
              3.1 KESIMPULAN..................................................................................... 9
              3.2 SARAN.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan. Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses persalinan terkadang harus dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu besar atau mencegah ruptur perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam masa kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.
Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV: fisiologi kala IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan serviks, vagina dan perineum, melakukan penjahitan episiotomi/laterasi serta pemantauan kala IV.
1.2    Rumusan Masalah
1.  Apa saja yang dilakukan pada saat memberikan asuhan ibu bersalin kala IV?
2.  Bagaimana pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV ?
3.  Apa saja yang dilakukan pada saat pemantauan kala IV?
1.3    Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang dilakukan pada saat memberikan asuhan pada ibu bersalin kala IV
2. Untuk mengetahui persiapan yang diperlukan untuk melakukan penjahitan luka episiotomi.
3. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang dilakukan pada saat pemantauan kala IV


BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA IV
Kala IV persalinan dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir dua jam kemudian. Asuhan kebidanan kala IV, meliputi :
1.       Evaluasi uterus
2.       Inspeksi dan evaluasi serviks,vagina,dan perineum
3.      Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran dan korda umblikalis
Tanda-tanda vital dan manivestasi lain dievaluasi sebagai indikator pemulihan dari stres persalinan. Sepanjang periode ini, aktivitas lain yang tidak kalah pentinbg terjadi ketika hubungan kelurga sudah terbentuk. Komponen data dasar kala IV persalinan meliputi informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi dan manajemen dari perawatan ibu selama jam pertama postpartum dan mengetahui “taking in phase”  dari neonatal dan proses ikatan maternal anak.

2.1 Fisiologi kala IV persalinan
Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan dinding uterus dan plasenta, dimana nantinya akan memisahkan plasenta dari tempat letaknya. Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus palsenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus.  Oleh karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembeluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.
Selama 4-5 minggu pertama setelah persalinan, uterus mengalami involusi beratnya menjadi kurang dari setengah berat segera setelah pasca persalinan dan dalam 4 minggu uterus sudah kembali seperti sebelum hamil. Selama permulaan involusi uterus, tempat plasenta pada permukaan endometrium mengelami autolisis,yang menyebabkan keluarnya sekret vaginayang dikenal sebagai lochea , yang diawali dengan lochea rubra hingga serosa, terus belangsung sampai ½ minggu. Setelah itu, permukiaan endometrium mengalami reepitelisasi dn kembali ke kehidupan seks nongravid yang normal.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Akan tetapi, setiap ibu yang menyusui bayinya, isyarat syaraf dari puting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar 1 jam,sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode penyusuan berikutnya. Bila prolaktin ini tidak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan pada hipotalamus atau hipofisis, atau jika menyusui tidak kontinu tetapi normalnya kecepatan pembentukan sangat menurun dalam 7 - 9 bulan.
Bila bayi mengisap susu,inpuls sensoris dihantarkan melalui saraf somatis ke medula spinalis kemudian ke hipotalamus. Hormon ini mengalir dalam darah menuju ke kelenjar mammae menyebabkan sel-sel miopepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli berkontraksi dan memeras susu dari alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30’ sampai 1 menit stelah bayi mengisap kelenjar mammae susu mulai mengalir. Proses ini dinamakan ejeksi susu atau pengeluaran susu yang disebabkan oleh gabungan refleks neurogenik dan hormon oksitosin hal ini juga berdampak pada kontraksi uterus dan berdampak pada proses involusi uterus dan pendarahan pasca persalinan.

2.2 Evaluasi Uterus, Konsistensi, dan Atonia
Setelah kelahiran plasenta, uterus ditemukan ditengah-tengah abdomen kurang lebih 2/3 sampai 3/4 antara simpisis pubis dan umbilikalikal. Jika uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilikalikal, hal ini menandakan adanya perdarahan dan bekuan didalam uterus,yang perlu ditekan dan dikeluarkan. Uterus yang berada diatas umbilikalikus dan bergeser, paling umum ke kanan cenderung menandakan kandung kemih penuh menyebabkan uterus bergeser, menghambat kontraksi, dan memungkinkan peningkatan perdarahan. Jika ibu tidak mampu buang air kecil pada saat ini, kandung kemih sebaiknya di kosongkan oleh kateter untuk mencegah perdarahan berlebihan.
                Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh. Jika segmen atas uterus keras, tetapi perdarahan uterus keras, tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajian segmen bawah perlu dilakukan. Uterus yang lunak,hipotonik,longgar,tidak berkontraksi dengan baik disebut sebagai atonia uterus. Penyebab utama dari atonia uterus adalah perdarahan pascapersalinan segera. Hemostatis uterus yang utama dipengaruhi oleh kontraksi jaringan serat-serat otot miometrium. Serat-serat ini bertindak sebagai pengikat pembuluh darah terbuka pada sisi plasenta.

2.3 Pemeriksaan serviks, vagina,dan perineum

Setelah memastikan uterus berkontraksi secara efektif dan pendarahan bersal dari sumber lain,bidan hendaknya menginspeksi perineum, vagina bawah,dan area periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembukaan hematom, laserasi pada pembuluh darah, atau mengalami pendarahan. Jika episiotomi telah dilakukan, evaluasi kedalam dan perluasannya.
Berikutnya pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan forniksdan serviks vagina untuk mengetahui laserasi dan cedera. Pada mayoritas persalinan pervaginam spontan normal, tidak akan ada indikasi untuk pemeriksaan ini sehingga tidak perlu dilakukan. Indikasi untuk dilakukan pemeriksaan tersebut adalah seperti mencakup pada kondisi berikut ini.
1.      Aliran menetap atau sedikit aliran pendarahan pervaginam brerwarna merah terang, dari bagian atas tiap laserasi yang diamati,setelah kontraksi uterus dipastikan.
2.       Persalinan cepat atau presipitatus
3.      Manipulasi serviks selama persalinan, misalnya untuk mengurangi tepi anterior
4.      Dorongan maternal ( meneran ) sebelum dilatasi serviks lengkap.
5.      Kelahiran pervaginam operasi dengan forsep atau vakum.
6.      Persalinan traumatik misalnya distosia bahu.
Adanya salah satu faktor ini mengindikasikan kebutuhan untuk inspeksi serviks dan memastikan kebutuhan untuk melakukan perbaikan. Beberapa klinisi manganjurkan inspeksi serviks yang rutin,menggunakan rasional bahwa hal ini mengurangi laserasi serviks sebagai penyebab pendarahan berikutnya. Akan tetapi, inspeksi serviks tidak diperlukan pada persalinan dan kelahiran normal tanpa ada pendarahan persisten. Bidan harus menguasai dalam melakukan keahlian ini karena sering kali menimbulkan rasa nyeri atau perasaan menyakitkan bagi ibu.





2.4 Pemantauan Dan Evaluasi Lanjut

Selama sisa waktu dalam kala IV persalina, tanda-tanda vital, uterus, kandung kemih,lochia,perkiraan kehilangan darah, serta perineum ibu harus di pantau dan dievaluasi, sehingga semuanya berjalan stabil.
a.      Tanda-tanda vital
Pemantauan tanda vital ibu antara lain tekanan darah,denyut jantung,dan pernafasan dilakukan selama kala IV persalinan dimulai setelah kelahiran placenta. Seterusnya kemudian dievaluasi lagi setiap 15 menit sekali hingga keadaannya stabil seperti pada persalinan,atau jika ada indikasi perlu dimonitor lebih sering lagi. Suhu ibu diukur sedikitnya sekali dalam kala IV persalinan dan dehidrasinya juga harus dievaluasi.
        Denyut nadi biasanya berkisar 60-70X per menit. Apabila denyut nadi lebih dari 90x per menit, perlu dilakukan pemeriksaan dan pemantaun yang terus menerus.jika ia menggigil tetapi tidak ada infeksi ( ingat bahwa peningkatan suhu dalam batas 20F adalah normal ) hal tersebut akan berlalu jika bidan mengikuti beberapa langkah dasar ; berilah kehangatan dengan menyelimuti tubuh ibu dengan selimut yang hangat, berikan rasa kepastian dengan memberikan penjelasan mengapa ia menggigil dan juga memberi pujian yang melimpah tentang kinerjanya dalam persalinan, ajari ibu untuk mengendalikan pernafasannya serta teknik-teknik relaksasi progresif,kadang-kadang suhu dapat lebih tinggi dari 37,20 C akibat dehidrasi atau persalinan yang lama
b.      Kontraksi uterus
Pemantauan kontraksi uterus harus dilakukan secara simultan. Jika uterus lembek, maka wanita itu bisa mengalami perdarahan. Untuk mempertahankan kontraksi uterus dapat dilakukan rangsangan taktil ( pijatan ) bila uterus mulai melembek atau dengan cara menyusukan bayi kepada ibunya,tetapi si bayi biasanya tidak berada di dalam dekapan ibu berjam-jam lamanya dan uterus mulai melembek lagi
c.       Lochea
Jika uterus berkontraksi kuat,lochea kemungkinan tidak lebih dari menstruasi. Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah lochea akan bertambah karena miometrium sedikit banyak berelaksasi.


d.      Kandung kemih
Kandung kemih harus dievaluasi untuk memastikan kandung kemih tidak penuh. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk menggosokkan kandung kemihnya dan anjurkan untuk menggosokkan kandung kemihnya setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginann untuk berkemih mungkin berbeda-beda setelah ia melahirkan bayinya.jika ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air bersih dan hangat kedalam periniumnnya. Atau masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan. Jika setelah tindakan-tindakan ini ibu tetap tidak dapat berkemih secara spontan, mungkin diperlukan caterisasi jika kandung kemih penuh atau dapat di palpasi, gunakan tehnik aseptik pada saat memasukkan kateter nelaton disenfeksi tingkat tinggi atau steril untuk menggosokkan kandung kemih. Setelah menggosokkan kandung kemih, lakukan rangsangan taktil (pemijatan)untuk merangsang uterus berkontraksi lebih baik.


e.      perineum
perineum di evaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma. Bungkusan keping es yang dikenakan perineum mempunyai efek ganda untuk mengurangi ketidaknyaman dan edema bila telah mengalami epsiotomi atau laserasi.


2.5 Perkiraan Darah yang Hilang
Sangat sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urine dan mungkin terserap handuk,kain,atau sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah darah di sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin sarung telah di ganti jika terkena sedikit darahatau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot dibawah bokong pasien untuk mengumpulkan darah bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan cerminan asuhansayang ibu, karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan pasien untuk memegang bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan menilai volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mngisi dua botol, artinya pasien telah kehilangan 1 liter darah, jika darah bisa mengisi setengah botol pasien kehilangan 250 ml darah dan seterusnya. Memperkirakan kehilangan darah, hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gajala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan pasien lemas, pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darh sistole turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya, mak telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila pasien mengalami syok hipovolemik maka pasien telah kehilangan darh 500 % dari total dari jumlah darah (2000 – 2500 ml) penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darh pasien selama kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darh yang keluar dan kontraksi uterus.

2.6 Pemantauan Selama Kala IV
Sebagai besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pacapersalinan.
1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV.
2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan.
4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.










PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kala IV adalah 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati.
Periksa apakah ada laserasi akibat persalinan atau tidak. Jika ada maka segera lakukan penjahitan sesuai dengan derajat laserasi. Periksa fundus setiap 15 menit pada satu jam pertama, dan setiap 20-30 menit pada satu jam kedua. Jika tidak ada kontraksi lakukan massase uterus, namun jika ada selalu pantau kontraksi uterus, karena hal ini akan menyebabkan pembuluh darah terjepit dan perdarahan akibat persalinan akan perlahan –lahan terhenti. Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan kantong kemih setiap 15 menit jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.Tawarkan ibu untuk makan minum yang disukai. Bersihkan perineum ibu,ganti pakaian ibu dengan pakaian bersih, dan kenakan ibu tella. Inisiasi dini harus tetap dilakukan agar bayi mendapat kolostrum ibu dan membantu uterus berkontraksi


    3.2 SARAN
1.     Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk menerima dan beradaptasi dengan bayinya sebaik mungkin
2.   Bagi petugas kesehatan agar  meningkatkan pelayanan dan memberikan pelayanan secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.


DAFTAR PUSTAKA

Yeyeh, Ai Rukiah S.SiT, MKM, (2009), Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta : TIM
Rohani, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar